Ziarah Kubur untuk Meningkatkan Kualitas Hidup
ANSOR, JAKARTA – Salah satu hikmah yang bisa dipetik dari
ziarah kubur adalah meningkatkan kualitas hidup seseorang. Hal ini karena
dengan ziarah kubur akan mengingatkan pada kematian dan dengan mengingat
kematian, maka seseorang akan terus berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup
seseorang untuk menjadi lebih baik dalam menjalani kehidupan di dunia, sebagai bekal
menuju kematian nantinya.
Demikian salah satu mauidhoh oleh KH. Ahmad Mustofa Bisri
(Gus Mus) dalam peringatan Sewindu Wafatnya Gus Dur, di Ciganjur, Jumu’ah malam
(22/12/2017).
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang ini membeberkan
tips menjadi orang baik ala Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Menurut dia, seseorang
akan menjadi baik jika ia sering mengingat mati.
Saat Gus Dur menjadi pejabat, kata Gus Mus, dia akan
berhati-hati dalam bersikap karena mengingat mati. Salah satu cara agar tetap
ingat dengan kematian, Gus Dur kerap melakukan ziarah kubur.
"Gus Dur satu-satunya presiden sing sobo kuburan.
'Sarkub' atau sarjana kuburan," kata Gus Mus sebagaimana dilansir situs
Tempo.co
Menurut Gus Mus, pernah seseorang bertanya ke Gus Dur kenapa
rajin ziarah kubur. Gus Dur menjawab karena para penghuni kuburan dipenuhi
dengan orang yang baik. "Enggak ada yang saling fitnah, saling ghibah, dan
mengingatkan ke akhirat," ucapnya.
Karena itu, Gus Mus mengajak masyarakat untuk banyak-banyak
mengingat mati sehingga semasa hidupnya akan berbuat baik demi bekalnya di
akhirat nanti. "Ingat mati penting. Ada orang sombong karena lupa dia akan
mati. Kalau pejabat ingat akan lengser dia pasti akan baik," tuturnya.
Peringatan sewindu wafatnya Gus Dur diperingati oleh Keluarga
besar Abdurrahman Wahid di Ciancur, Jakarta. Tahun ini tepat delapan tahun
kepergian sang guru bangsa itu. Seperti tahun-tahun sebelumnya, peringatan haul
Gus Dur diisi dengan pembacaan doa, tausyiah, serta penyampaian testimoni dari
sejumlah tokoh nasional.
Putri Gus Dur sekaligus Ketua Panitia Sewindu Haul Gus Dur,
Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny Wahid), mengatakan peringatan kali ini mengambil
tema “Semua demi Bangsa dan Negara”. “Melodi yang berbeda-beda tetap akan
menghasilkan musik yang indah ketika kita bersepakat memainkannya dalam satu
harmoni," katanya, di lokasi.
Menurut Yenny, tema ini dipilih sebagai bahan refleksi untuk
semua elemen bangsa. Meski pandangan politik berbeda, harus tetap bersatu untuk
membangun bangsa. "Bukan hanya memenangkan kepentingan pribadi dan
golongannya,” ujarnya.
Gus Dur wafat di usia 69 tahun pada 30 Desember 2009. Beliau
merupakan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan cucu dari
pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari. (Tempo/Kharis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar